Sepotongan lirik lagu yang mungkin sudah sering kali
kita dengar dan rasanya sangat pantas jika kita representasikan terhadap
keadaan bangsa ini saat ini. Yaa...bukan yang lain lagi, yaitu kerusuhan,
kericuhan dan keributan. Yakni Suatu keadaan diamana antara suatu komponen
dalam suatu sistem tidak saling harmonis dan cenderung berbeda dalam beberapa sisi yang mana dari
sisi-sisi tersebut merupakan titik sudut terbentuknya komponen tersebut.
Kerusuhan, rasanya
merupakan suatu hal yang sudah terlalu sering kita dengar, khususnya pada
peristiwa yang baru-baru ini terjadi. Mungkin belum terlepas ingatan kita
tentang kerusuhan Sampang, yang terjadi bulan agustus lalu yang harus
mengorbankan nyawa. Belum lagi tawuran pelajar dan yang paling terbaru saat ini
yaitu kerusuhan di daerah Lampung yang menewaskan kurang lebih enam warga.
Suatu hal yang ironis
sebenarnya jika kita pandang kejadian ini sebagai suatu dinamika sosial yang
berkembang saat ini. Apalagi jika dikaitkan dengan dasar sistem negeri ini,
yang “katanya” menghargai perdamaian dan keselarasan. Tetapi buktinya
yang terjadi saat ini adalah yang sangat bertentangan dengan tujuan awal negeri
ini ada.
Jika kita pandang,
sikap dan mentalitas manusianyalah yang menentukan keselarasan itu terwujud,
utamanya ditengah kepluralan bangsa ini.
Kerusuhan memang serasa
sudah mengakar dalam penyelesaian permasalah segelintir orang saat ini. Dalam
bayang kita mungkin juga akan banyak sekali pemikiran-pemikiran tentang bagaimana
hal-hal tersebut bisa muncul dan terjadi di masyarakat. Latar belakang apa yang
mendasari terjadinya kerusuhan-kerusuhan itu?
Secara garis besar,
kerusuhan yang sering terjadi dimasyarakat saat ini adalah lebih sering
disebabkan karena munculnya egoisme seseorang atau kelompok (golongan) dalam
menyikapi segala bentuk perbedaan-perbedaan yang berkembang saat ini. Orang
lebih sering menganggap dirinya adalah yang lebih benar, lebih baik hingga ia
lupa darimana ia berasal dan dimana ia berdiri. Hingga sikap-sikap apatis pun saling
beriringan bersama munculnya sikap individualis dan rajaisme.
Kemerosostan moral juga
menjadi salah satu pemeran utama munculnya kerusuhan dan kesemrawutan. Berbagai persoalan dan kerusakan
yang ada saat ini sesungguhnya disebabkan oleh kondisi moral dan etika
masyarakat yang sudah mengalami kemerosotan. Kerapuhan moral dan etika bangsa
ini makin terlihat jelas tatkala persoalan demi persoalan bangsa semakin hari
bukan semakin hilang, tapi justru semakin meningkat tajam. Yaa.. seperti
tawuran, kekerasan, ketidakadilan sosial dan hukum, hingga budaya korup
penguasa yang makin menggurita.
Sejatinya kerapuhan ini telah menjalar kesemua lapisan
masyarakat. Pelajar yang seharusnya dipersiapkan guna menjadi insan dan
calon pemimpin masa depan ternyata lebih suka tawuran daripada belajar di
bangku sekolah. Mahasiswa yang semestinya bertindak sebagai penjaga nilai-nilai
moral dan etika bangsa, ternyata terjebak dalam budaya hedonis dan
kebarat-baratan yang tak jarang terjerumus dalam pergaulan bebas. Guru-guru dan
pengajar yang seharusnya menjadi suri tauladan bagi anak didiknya, ternyata
sibuk mengejar sertifikasi yang akhirnya berujung pada gaya hidup yang
materialistis.
Kembali ke topik
mengenai kerusuhan.
Selain itu ada beberapa
latar belakang lain yang meunculkan terjadinya kerusuhan, yaitu perebutan
warisan, perebutan tanah, hak milik, pencurian bahkan karena wanita pun
kerusuhan dapat timbul.
Sebagaimana yang kita
ketahui tentang latar belakang terjadinya kerusuhan Sampang agustus lalu.
Banyak pemberitaan yang mengakatakan bahwa kerusuhan tersebut dikarenakan
konflik agama, yaitu antara Suni dan Syiah. Pada dasarnya, bukanlah hanya hal
itu yang menjadi latar belakang secara penuh dalam kasus Sampang. Perebutan
wanita dan pengaruh di masyarakatlah yang sebenarnya melatarbelakangi munculnya
kasus itu. Selain itu pembagian hak waris yang tidak merata juga melatar
belakangi kasus Sampang, hingga mampu menjadi kerusuhan yang begitu mengerikan
untuk dikenang. Padahal, sejatinya kasus ini hanyalah berakar dari sebuah
keluarga yang tidak harmonis saja.
Selaras dengan latar
belakang munculnya kasus kerusuhan Sampang. Baru-baru ini juga terjadi
kerusuhan di daerah Lampung, tepatnya di Lampung Selatan. Namun ada sedikit
perbedaan antara latar belakang munculnya kerusuhan Lampung Selatan. Kerusuhan
di Lampung Selatan lebih disebabkan karena munculya kesenjangan ekonomi antara
para pendatang (transmigran asal Bali) dengan warga asli. Ekonomi sejatinya
adalah suatu hal yang sangat kompleks jika kita kaitkan denga penyebab
kerusuhan. Sebagaimana intilah yang sedang trend saat ini bahwa “Uang (ekonomi)
adalah jiwanya manusia, tanpa uang manusia akan mati.” Pemerataan penduduk dan
pemerataan perekonomian ibarat dua sisi mata uang koin. Keduanya tak dapat
dipisahkan dan semuanya juga sanggat penting. Namun fakta yang nyata dan
berkembang adalah kedua hal itu masih menjadi hal langka saat ini.
Kerusuhan adalah suatu
hal yang sangat merugikan kehidupan, bukan hanya kerana dampaknya yang begitu
mengerikan bahkan hingga mengorbankan nyawa. tapi jika kita fikirkan kedepan,
kerusuhan jika terus-terusan terjadi, bukan tidak mungkin jika semuanya akan
menjadi suatu budaya.
Tidak perlu kita menanyakan
siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kerusuhan-kerusuhan di Indonesia
saat ini. Bagaimanapun
kondisi kerapuhan bangsa ini harus segera dicarikan solusi dan dihentikan. Oleh
karenanya, diperlukan upaya serius untuk mengembalikan etika dan moral bangsa
agar bisa kembali pada nilai-nilai yang luhur. Dan untuk itu, diperlukan sebuah
patokan nilai yang bisa diterima oleh seluruh elemen bangsa yang majemuk ini.
Sebuah nilai yang tidak bias dan ambigu, melainkan nilai yang mampu
mengakomodir seluruh ide-ide masyarakat.
Tampuk tanggung jawab
akan terjadinya kerusuhan adalah kita semua sebagai elemen bangsa. Sikap arif
dan bijaksana dalam pemecahan berbagai permasalahan adalah salah satu upaya
yang sangat perlu kita terapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang
penuh dengan prularisme ini.
Implementasi pancasila
dan karakter bangsa sangat kita butuhkan dalam segala aspek kehidupan. Apalagi
dalam pemecahan berbagai masalah yang sehingga mampu mengendalikan bahkan mampu
mengurangi berbagai timbulnya segala perbedaan bahkan mencegah timbulnya
konflik.
Perlu kita ingat!,
Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu sendiri yang
mengubah dirinya sendiri. Keutuhan akan lebih bermakna jika kita mampu
melangkah bersama menciptakan Indonesia yang damai dan Indonesia yang maju.
Yang tentunya anti kekerasan, kerusuhan dan pertikaian.
Bukan hal yang tiada
guna mengapa leluhur kita menciptakan semboyan Bhineka Tunggal Ika untuk diwariskan kepada kita semua. Para
leluhur menyadari bahwa hakikat manusia diciptakan di dunia ini adalah suatu
upaya untuk menuju suatu susunan yang saling komplementer antar berbagai
komponen kehidupan, bersatu dan menyatu satu sama lain.
Perbedaan bukanlah
penghalang menuju kesatuan. Perbedaan bukanlah pemecah dan pemisah. Perbedaan
juga bukan mengapa kita harus berjalan sendiri. Karena jika kita sadari, inilah
hakikat kita. Perbedaan adalah pemersatu diantara kita. Dan perbedaan juga
merupakan anugerah Tuhan agar kita menyadari bahwa tiada yang lebih indah ketika
kita saling menggenggam dan melangkah bersama demi suatu keharmonisan dan
kedamaian.(Ard/19’A3)
ABOUT THE AUTHOR
Ardan, seorang yang mencoba berbagi pengalaman, ilmu dan pengetahuan melalu tulisan sederhana. semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar