“Bukan kehebatan
yang menjadikan kita manusia seutuhnya
Tapi ketika kita
menjadi manusia yang seutuhnya, bermanfaat dan berguna itu lah kehebatan”
Minggu, 19 Feb 2017
Hari ini
aku kembali menambah lingkaranku, setelah berkutak dan berjibaku 2 tahun di
lingkungan kampus, menjadi penggiat ormawa, baik jurusan fakultas dan institut,
hari ini kembali aku menambahnya. Aku suka menyebut kelompok-kelompok manusia
sebagai suatu lingkaran, filosofinya sederhana, bagiku lingkaran adalah sesuatu
yang tak akan terputus, tak akan ber pisah namun ia akan tetap bisa kembali
terikat dengan lingkaran-lingkaran yang lain yang lebih besar lagi.
Teman-teman angkatan 2 KLS |
Hari ini
lingkaran baruku adalah teman-teman komunitas love suroboyo. Komunitasnya para
teman-teman yang mencoba bereksistensi dan mencintai kota surabaya dengan
berbagai kemampuannya masing-masing. Komunitas ini berdiri 19 september lalu,
dengan digagas oleh mas Sandy berserta kawan-kawan yang merasa hampa setelah
adanya gerakan “ loveSuuroboyo
#saveburisma”. Dan akhirnya dengan kecintaannya terhadap kota surabaya ia
bersama teman-teman kota usrabaya mencoba mengumpulkan teman-teman yang sevisi
ini untuk terikat dalam sebuah komunitas. Inti dari komunitas ini sebenarnya
adalah berupaya untuk mengenalkan surabaya dari berbagai sisi aspeknya, baik
itu sosial, budaya, kreatifitas, enterpreneur, sejarah dan masih banyak lagi.
Dengan harapan surabaya akan lebih dikenal, bukan hanya oleh masyarakatnya sendiri
namun juga oleh masyrakat luas, Indonesia bahkan dunia.
Pagi ini
kami mengadakan kegiatan meet up pertama untuk angkatan 2017. Tepatnya angkatan
ke 2. Dibuka langsung oleh mas shandy kemudian dilanjutkan dengan acara
perkenalan masing-masing anggota LS sebelum kami, ada bunda tri, pak anton, pak
mukhlis, mas fahmi dan masih banyak lagi. Dari perkenalan ini aku jadi tahu
jika komunitas ini berdiri dari lintas generasi, lintas profesi, lintas minat
dan masih banyak berbagai keberagaman mereka. Seperti halnya bunda Tri yang
berprofesi sebagai guru sd, tapi ia mempunyai mimpi besar pada kota ini,
idolanya tidak bukan adalah bu risma, (kalo ini mah sama seperti saya, hehe.
Secara juga se almamater). Ada juga pak anton yang seorang pegawai yang hobi
fotografi sejarah dan seni tari. Kemudian ada cak Faizal yang parikannya gerr banget.
Cak Oyot juga yang seniman ludruk. Wow, keren lah mereka semua menginspirasi.
Ada berbagai latar belakang darimereka namun akhirnya bisa berkumpul
bersama-sama untuk berbagi cinta antar anggota komunitas, dan berbagi cinta
untuk surabaya.
Selanjutnya
kami juga kedatangan adik-adik dari Kampung Anak Negeri. Kampung Anak Negeri
ini merupakan lembaga sosial binaan pemkot surabaya yang berfungsi menampung
anak-anak jalanan dan terlantar untuk kemudian dibina, diberi kemampuan dan
keahlian dibeberpa bidang yang mereka minati, mereka juga disekolahkan disitu,
ada beberapa yang juga disekolahkan di beberapa SD, seperti du Kedung baruk
dll. Dari beberapa anak ini menuturkan jika mereka ada yang awalnya terkena
cidukan saat mereka mengamen, ada yang memang titipan langsung dari ibu Risma,
ada yang ditinggal orang tuanya kemudian mengikuti Kampung Anak Negeri. Saat
itu mereka mencoba memamerkan kreatifitas dan skill yang mereka dapatkan selama
ada di kampung anak negeri, dari mereka ada yang bisa membuat pin, gantungan
kunci dari kayu, boneka dan gelang. Mereka juga merasa sangat terbantu serta
merasa diperhatikan keberadaannya oleh Pemkot Surabaya.
Jujur ini sebenarnya sisilain yang belum saya ketahui ada
di Surabaya, selain komunitas Save Street Child yang saya pernah ikuti
kegiatannya beberapa kali. Disini aku jadi lebih tahu jika ternyata Pemkot
sangat peduli kepada anak-anak ini, anak-anak yang sering kali kita remehkan
dan kita tiadakan keberadaan mereka, dan sejatinya mereka ada. Sebuah langkah
yang sangat perlu kita apresiasi tentunya dari pemerintah kota surabaya yang
mau peduli dan mau perhatian terhadap mereka-mereka ini.
Setelah banyak berbicara tentang
Komunitas Love Suroboyo, sejujurnya saya sendiri bukan lah orang asli Surabaya,
saya berasal dan asli Blitar. Kebetulan dan alhamdulillah saya mendapat
kesempatan untuk menempuh pendidikan S1 saya di ITS. Sehingga kalau ditanya
surabaya apa bagi saya? Saya akan jawab bahwa surabaya ini adalah ruamh kedua
saya setelah Blitar, 3 Tahun lebih membuat saya begitu cinta pada kota ini,
meski saya belum tahu banyak dan mendalam baik itu sejarah, seni dan budaya
kota ini, tapi saya sedah menganggapnya sebagai kampung halaman saya dan
tentunya ketika warga Surabaya berbangga diri akan kotanya saya juga turut
berbangga bahwa saya telah merasa memiliki Surabaya ini.